Sejarah Desa Munjul
ASAL USUL DESA MUNJUL
(Kang aim, 08-01-2023) Sejarah ini penulis dapatkan dari Ayahanda Penulis yang beliau dapatkan dari kakek saya.
Asal Kata Munjul
Munjul berasal dari kata punjul, yang berarti lebih atau luhur/tinggi, nama ini muncul bermula dari kisah Sunan Punjul yaitu nama lain dari Syekh Syarif Abdurrahman atau lebih dikenal dengan sebutan Sunan Kalijaga.
Berbarengan dengan pembangunan Masjid Agung Demak sekitar abad ke-15 Masehi, Sunan Punjul juga membangun Masjid Wanantara. Dalam semalam Sunan Punjul bisa beberapa kali bolak balik ke Demak dan Wanantara.
Dikisahkan bahwa saat Sunan Punjul melewati wilayah yang sedikit menonjol tanahnya selalu bertemu dengan seorang petani paruh baya yang sedang mencangkul, sehingga saat Sunan Punjul lewat selalu menyapa; siweg punopo? Sang petani menjawab; siweg macul, Sunan Punjul menimpali; Ati-ati lemahe kepacul. Beberapa kali lewat dialog yang sama ini terus terjadi, sehingga sang petani menghentikan langkah Sunan Punjul untuk menjelaskan maksud dari perkataannya. Maka Sunan Punjul pun berhenti dan menancapkan tongkat yang dibawanya ke tanah, beberapa saat Sunan Punjul mengaji dan memaparkan tentang isi Surat Al-A’rof ayat 10.
Pemaparan yang cukup panjang dan jelas serta charisma yang dipancarkan Sunan Punjul ini membuat sang petani memahami apa yang disampaikan dan memohon kepada Sunan Punjul untuk membai’atnya menjadi muslim.
Setelah mengucapkan dua kalimat Syahadat dihadapan Sunan Punjul, petani ini menangis dan meneteskan air mata yang menetes diatas batu hitam, sehingga batu itu terus meneteskan air sampai sekarang (yang sekarang dikenal dengan sebutan cimetes atau cinyareleng). Akhirnya Sunan Punjul pamit untuk melanjutkan perjalanan, namun sampai ditengah perjalanan Sunan Punjul teringat akan tongkatnya yang tertancap ditanah, sehingga beliau kembali untuk mengambil tongkatnya. Sesampainya ditempat semula ternyata tongkat tersebut telah tumbuh menjadi pohon jati yang sangat besar (dikenal sampai sekarang dengan sebutan Jatisawit “Jati Sauwit”).
Kedatangan Orang Punjul
Nama Munjul ini ditetapkan oleh Syarif Abdullah bin Abdullah atau lebih dikenal dengan nama Embah Abdullah Lebu sekitaran Abad ke-17, Syarif Abdullah mendirikan pesanten di wilayah Kalijaga yang sekarang masuk dalam wilayah kecamatan Harjamukti. Pesantren Kalijaga ini dibakar dan dihancurkan oleh belanda, sehingga Syarif Abdullah harus mencari lahan baru sebagai tempat membina para santrinya. Setelah beberapa kali singgah ke tempat kosong/hutan Syarif Abdullah selalu berkomunikasi dengan tanah yang diinjaknya bahwa tanah tersebut harus memiliki komitmen menerima wasiat dari Syarif Hidayat, namun beberapa tempat tersebut tanahnya tidak menyanggupi apa yang sampaikan Syarif Abdullah.
Syarif Abdullah akhirnya menemukan hutan yang didalamnya terdapat sebuah Maqbaroh, yaitu Maqbaroh Syekh Abdul Jalil atau lebih dikenal dengan sebutan Kideruk, dan tidak jauh dari makam tersebut terdapat kubangan air tempat mandinya Jaran Sembrani milik Syarif Abdurrahman Pekalangan dengan Syarif Abdulkarim, dan setelah berkomunikasi, tanahnya menyanggupi syarat yang diajukan Syarif Abdullah. Dengan demikian diputuskanlah bahwa Syarif Abdullah membangun Pesantren ditempat tersebut dengan nama ‘Pesantren Munjul’ dengan santri pertamanya adalah santri yang dibawa dari pesantren kalijaga.
Pemerintahan Desa Munjul
Nama pesantren munjul akhirnya didengar oleh belanda, namun kali ini belanda tidak berani membakar atau menghancurkan pesantren ini, bahkan sering berkunjung untuk silaturrahmi. Dan sebagai langkah penataan desa, Pihak Belanda dan Pihak Keraton Cirebon mengesahkan sebuah desa yang diberi nama Desa Munjul dengan diangkatnya Ki Pengger sebagai kuwu pertama sekitar abad ke-18.
Penebangan Jatisawit
Jatisawit (jati Sauwit) adalah sebuah nama dari sebuah pohon jati yang begitu besar, konon pohon jati ini adalah tongkat Sunan Kalijaga yang tumbuh menjadi pohon jati besar yang angker, sehingga banyak yang memuja karena aura mistis nya yang begitu kental.
Atas inisiatif Kiai Agus Syarif bin Embah Syamsuddin bin Embah Abdullah Lebu pohon jati tersebut disepakati untuk ditebang karena mengganggu akidah, sehingga Kiai Agus Syarif memerintahkan menantunya yaitu Kiai Fathoni untuk menebang pohon jati, karena Kiai Agus Syarif sudah sangat sepuh.
Kiai Fathoni pun menyanggupi perintah mertuanya, dengan mengajak santri dan masyarakat sekitar, Kiai Fathoni mendatangi pohon jati tersebut, namun tidak ada yang berani mendekat pada pohon tersebut, sehingga Kiai Fathoni mengawali menebang dengan membuat garis potong pada sekeliling pohon jati tersebut, barulah yang lain melanjutkan menebang. Karena begitu besarnya pohon jati yang ditebang, satu pohon saja bisa untuk membangun Masjid Ponpes Munjul dan Masjid Jami’ desa Munjul yang sekarang posisi di Blok Manis hanya dengan semua material kayunya dari pohon tersebut. Sedangkan cabang pohon yang tidak terpakai digunakan sebagai kayu bakar oleh Nyai Atiqoh untuk memasak para pekerja pembangunan Masjid karena yang lain tidak mampu dan tidak mau untuk membakar kayu tersebut.
Sehari setelah penebangan pohon jati tersebut, Kiai Agus Syarif mendapat banyak tamu dari masyarakat sekitar jatisawit yang mengeluh tentang para siluman penghuni jatisawit yang menyebar ke rumah-rumah warga. Atas aduan tersebut Kiai Agus Syarif memerintahkan Kiai Fathoni untuk memindahkan makhluk-makhluk tersebut ke Lawang Seketeng dan Tegal Lempuyang.
Demikian sejarah asal usul desa munjul yang penulis dapatkan dan penulis haturkan banyak terimakasih bagi sumber-sumber lain yang telah ikut melengkapi tulisan ini.
Komentar baru terbit setelah disetujui Admin